'Abbas bin Abdul
Muththalib
(Wafat
32 H)
Nama sebenarnya adalah Abbas bin
Abdul Muthalib bin Hasyim, ia adalah seorang paman Nabi Shallallahu alaihi
wassalam, dengan nama panggilan Abu Fadhel, ia termasuk pemukan Quraisy
baik semasa jahililliyah maupun setelah Islam, ia memeluk Islam sebelum Hijrah
secara diam diam dan tetap berdiam di Makkah guna dapat mengirimkan berita
tentang kaum Musryikin kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam.
Dia sempat mengikuti perang Hunain
bersama Rasulullah dan termasuk pertahanan yang paling kuat, ia ikut rombongan
Anshar dalam Baiat Akabah. Ia adalah paman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassallam dan salah seorang yang paling akrab dihatinya dan yang paling
dicintainya. Karena itu, beliau senantiasa berkata menegaskan, “Abbas adalah
saudara kandung ayahku. Barangsiapa yang menyakiti Abbas sama dengan
menyakitiku.“
Di zaman Jahiliah, ia mengurus
kemakmuran Masjidil Haram dan melayani minuman para jamaah haji. Seperti halnya
ia akrab di hati Rasulullah, Rasulullah pun dekat dengannya. Ia pemah menjadi
pembantu dan penasihat utamanya dalam bai’at al-Aqabah menghadapi kaum Anshar
dari Madinah. Menurut sejarah, ia dilahirkan tiga tahun sebelum kedatangan
Pasukan Gajah yang hendak menghancurkan Baitullah di Mekkah. Ibunya, Natilah
binti Khabbab bin Kulaib, adalah seorang wanita Arab pertama yang mengenakan
kelambu sutra pada Baitullah al-Haram.
Pada waktu Abbas masih anak-anak, ia
pemah hilang. Sang ibu lalu bernazar, kalau puteranya itu ditemukan, ia akan
mengenakan kelambu sutra pada Baitullah. Tak lama antaranya, Abbas ditemukan,
maka iapun menepati nazamya itu.
Istrinya terkenal dengan panggilan
Ummul Fadhal (ibu Si Fadhal) karena anak sulungnya bernama al-Fadhal. Wajahnya
tampan. Ia duduk dibelakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
beliau menunaikan haji wada’-nya. Ia meninggal dunia di Syam karena bencana
penyakit. Anak-anaknya yang lain sebagai berikut ; yaitu anak kedua, Abdullah,
seorang ahli agama yang mendapat doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
meninggal di Thaif. Ketiga, Qutsam, wajahnya mirip benar dengan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ia pergi berjihad ke negeri Khurasan dan
meninggal dunia di Samarkand. Keempat, Ma’bad, mati syahid di Afrika. Abdullah
(bukan Abdullah yang pertama), orangnya baik, kaya,dan murah hati meninggal
dunia di Madinah. Kelima, Puterinya, Ummu Habibah.
Para ulama berbeda keterangan
tentang Islamnya Abbas. Ada yang mengatakan, sesudah penaklukkan Khaibar. Ada
yang mengatakan, lama sebelum Perang Badar. Katamya, ia memberitakan kegiatan
kaum musyrikin kepada Nabi di Madinah, dan kaum muslimin yang ada di Mekkah
banyak mendapat dukungan dari beliau. Kabamya, ia pemah menyatakan keinginannya
untuk hijrah ke Madinah, tapi Rasulullah menyatakan, “engkau lebih baik
tinggal di Mekah “.
Keterangan kedua ini dikuatkan oleh
keterangan Abu Rafi’, pembantu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Pada
waktu itu, ketika aku masih kanak-kanak, aku menjadi pembantu di rumah Abbas
bin Abdul Muththalib. Ternyata, pada waktu itu, Islam sudah masuk ke dalam
rumah tangganya. baik Abbas maupun Ummul Fadhal, keduanya sudah masuk Islam.
Akan tetapi, Abbas takut kaumnya mengetahui dan terpecah-belah, lalu ia
menyembunyikan keislamannya.”
Hamzah bin Abdul
Muththalib
(Wafat
3 H)
Nama sebenarnya Hamzah bin Abdul
Muthalib bin Hasyim, seorang paman Nabi dan saudara sepersusuannya. Dia memeluk
Islam pada tahun kedua kenabian, Ia Ikut Hijrah bersama Rasulullah Shallallahu
alaihi wassalam dan ikut dalam perang Badar, dan meninggal pada saat perang
Uhud, Rasulullah menjulukinya dengan “Asadullah” (Singa Allah) dan menamainya
sebagai “Sayidus Syuhada”.
Ibnu Atsir berkata dalam kitab ‘Usud
al Ghabah, Dalam perang Uhud, Hamzah berhasil membunuh 31 orang kafir Quraisy,
sampai pada suatu saat beliau tergelincir sehingga ia terjatuh kebelakang dan
tersingkaplah baju besinya, dan pada saat itu ia langsung ditombak dan dirobek
perutnya . lalu hatinya dikeluarkan oleh Hindun kemudian dikunyahnya hati
Hamzah tetapi tidak tertelan dan segera dimuntahkannya.
Ketika Rasulullah melihat keadaan
tubuh pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib, Beliau sangat marah dan Allah
menurunkan firmannya, ”Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah
dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi
jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang
sabar." (QS an Nahl 126)
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq didalam
kitab, ”Sirah Ibnu Ishaq” dari Abdurahman bin Auf bahwa Ummayyah bin Khalaf
berkata kepadanya “Siapakah salah seorang pasukan kalian yang dadanya dihias
dengan bulu bulu itu?”, aku menjawab “Dia adalah Hamzah bin Abdul
Muththalib”. Lalu Umayyah dberkata "Dialah yang membuat kekalahan
kepada kami”.
Abdurahman bin Auf menyebutkan bahwa
ketika perang Badar, Hamzah berperang disamping Rasulullah dengan memegang 2
bilah pedang.
Diriwayatkan dari Jabir bahwa ketika
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam melihat Hamzah terbunuh, maka beliau
menagis.
Ia wafat pada tahun 3 H, dan
Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam dengan “Sayidus Syuhada”.
Sumber :
- Riwayat Hamzah bin Abul Muthalib
dalam Usud al Ghabah Ibn Atsir, Sirah Ibn Ishaq. .
|
Abu Thalib bin Abdul
Muthalib
(Wafat
3 SH)
Nama sebenarnya adalah Abdu Manaf
bin Abdul Muthalib bin Hasyim, sedang “Abu Thalib” adalah nama Panggilan yang
berasal dari putra pertamanya yaitu Thalib. Abu Thalib adalah paman dan ayah
asuh Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, Ia adalah ayah dari Ali bin Abi
Thalib.
Abu Thalib telah menerima amanat
dari ayahnya Abdul Mutthalib untuk mengasuh Nabi dan telah dilaksanakan amanat
tersebut. Nabi adalah sebaik-baik asuhan dan Abu Thalib adalah sebaik-baik
pengasuh.
Abu Thalib membela Nabi dengan jiwa
raganya dalam berdakwah. Ketika Nabi Shallallahu alaihi wassalam dan pengikutnya
di hadang di sebuah lembah. Lalu datanglah Abu Thalib dengan tegar berkata: “Kalian
tidak akan dapat menyentuh Muhammad sebelum kalian menguburkanku”. Abu
Thalib selalu setia mendampingi Nabi. Beliau adalah orang yang banyak membantu
perjuangan dakwah Islam.
Abu Thalib ketika mau meninggal
dunia berwasiat kepada keluarganya untuk selalu berada di belakang Nabi dan
membelanya untuk menenangkan dakwahnya.
Abu Thalib adalah pahlawan Bani
Hasyim terkemuka dan pemimpin mereka. Nabi mengajaknya masuk Islam tapi dia
menolak.
Hadist Bukhari dalam
Shahihnya, kitab tafsir No. 4675 dan 4772, Muslim 24, Dari Al Musayyib
bin Hazn berkata, “Ketika Abu Thalib hampir mati, Rasulullah Shallallahu alaihi
wassalam mengunjunginya dan mendapati Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah di
sisi Abu Thalib. Lalu Rasulullah berkata, ”Wahai paman, ucapkan Laa Ilaha
Illallah suatu kalimat yang aku akan membelamu karena ucapan itu dihadapan
Allah.”
Abu Jahl dan Abdullah bin Abi
Umayyah berkata, “Apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?” Beliau
terus menerus menawarkan kepada pamannya untuk mengucapkannya, tetapi kedua
orang itu terus mengulang-ulang. Hingga akhir ucapan Abu Thalib adalah tetap
berada pada agama Abdul Muthalib dan enggan mengucapkan Laa Ilaha Illallah.
Rasulullah bersabda,
“Aku benar-benar akan memintakan
ampunan bagimu selama tidak dilarang “.
Lalu Allah menurunkan ayat,
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan
orang-orang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik,
Walaupun ornag-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi
mereka, bahwasanya orang-orang musyrik adalah penghuni neraka jahanam. (At Taubah : 113).
Ayat ini diturunkan Allah berkenaan
dengan Abu Tholib. Dan Allah berfirman kepada Rasullulah
"Sesungguhnya kamu tidak
dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki." (Al-Qoshosh : 56).
Riwayat lain: Dari Abu Hurairah,
berkata ;
Rasulullah berkata pada pamannya, “ Ucapkan
Laa Ilaaha Illallah, aku akan bersaksi untukmu pada hari kiamat “, Abu
Thalib menjawab, “ Seandainya orang Quraisy tidak mencelaku dengan
mengatakan “ Abu Thalib mengucapkan itu karena hampir mati ”. Lalu Allah
menurunkan ayat (At Taubah : 113) kepada Rasulullah.
Dari Al Abbas bin Abdul Muthalib,
berkata, “Wahai Rasullulah, apakah engkau bisa memberi manfaat kepada Abu
Thalib, sebab dia dulu memeliharamu dan membelamu?” Jawab beliau, “Benar,
dia berada di neraka yang paling dangkal, kalau bukan karenaku niscaya dia
berada di neraka yang paling bawah.“ (HR. Bukhari no. 3883, 6208,
6572, Muslim 209)
Dari Abu Sa`id Al Khudri, berkata,
Disebutkan disisi Rasulullah pamannya Abu Thalib, maka beliau bersabda, ” Somoga
syafa’atku bermanfaat baginya kelak di hari kiamat. Karena itu dia ditempatkan
di neraka yang paling dangkal, api neraka mencapai mata kakinya lantaran itu
otaknya mendidih”. (HR.Bukhari 3885, 6564, Muslim 210)
Masih banyak riwayat lainnya yang
menyatakan kekufuran Abu Thalib pada saat menjelang kematian.
Ia wafat pada tahun 3 SH.
Sumber :
- Riwayat Abu Thalib dalam Ishabah
1/117, Thabaqat Ibn Sa’ad 1/24 dan sumber lainnya.
|
r
Tidak ada komentar:
Posting Komentar